Senin, 31 Oktober 2016

LEZATNYA BERIBADAH DENGAN IKHLAS HANYA KARENA ALLAH

Penyebab utama hati beribadah kepada selain Allah adalah karena ia berpaling dari Allah, sebab jika hati telah merasakan lezatnya beribadah kepada Allah dan ikhlas karena-Nya, maka tidak ada sesuatu pun yang lebih manis (Lebih lezat dan lebih baik) baginya melebihi ibadah tersebut, karena seorang manusia tidak akan meninggalkan kekasihnya melainkan karena adanya kekasih lain yang lebih ia cintai, atau karena takut dari hal yang tidak ia senangi.
Firman Allah Ta’ala berkaitan dengan Nabi Yusuf Alaihissalam,
Demikianlah,kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya, dia (Yusuf), termasuk hamba Kami yang terpilih. (QS.Yusuf : 24).”
                Allah memalingkan hamba-Nya  dari apa saja yang dapat membahayakannya, seperti kecenderungan kepada berhala-berhala dan tergantung dengannya, dan Dia memalingkannya dari perbuatan keji karena keikhlasannya kepada Allah.
Berdasarkan hal inilah, maka sebelum merasakan manisnya beribadah kepada Allah dan ikhlas karena-Nya, terlebih dahulu seseorang harus mengalahkan jiwanya untuk tidak mengikuti hawa nafsunya, karena jika dia telah merasakan lezatnya keikhlasan dan hal itu sudah kuat terhujam di dalam hatinya , maka nafsunya akan tunduk dengan mudah.
Firman Allah Ta’ala,
 
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain) (QS Al Ankabut :45)
Shalat dapat menolak sesuatu yang tidak disukai seperti perbuatan keji dan munkar, dan di dalamnya kita akan mendapatkan hal yang sangat dicintai, yaitu berdzikir kepada Allah dan adanya yang dicintai ini lebih besar dari pada menolak hal yang tidak disukai.
Sesungguhnya mengingat Allah merupakan suatu bentuk ibadah. Ibadah hati hanya milik Allah dan Dia juga berkehendak untuk membolak-balikkan hati manusia. Memurnikan ibadah dengan niat yang ikhlas adalah sesuatu yang dikendaki-Nya.
Para syeikh yang shalih Radhiyallahhu anhum, menyebutkan pentingnya memurnikan tauhid serta ikhlas dalam beragama secara keseluruhan, dimana seorang hamba tidak menoleh kepada selain Allah, tidak bergantung, tidak mencintai, tidak takut, dan tidak berharap selain kepada-Nya, disertai hati yang bersih dari segala pengaruh makhluk. Ia tidak memandang kepadanya melainkan dengan nur(cahaya) Allah, maka dengan kebenaranlah ia mendengar, ia melihat, ia mencium, dan ia berjalan. Ia mencintai darinya apa yang dicintai oleh Allah dan membenci darinya apa yang dibenci oleh-Nya. Loyal kepada apa yang disukai Allah dan memusuhi apa yang dimusuhi oleh Allah. Ia hanya takut kepada Allah dan tidak takut kepada selain-Nya. Inilah hati yang bersih, lurus, bertauhid, tunduk, mukmin, mengenal Allah, merealisasikan, bertauhid berdasarkan pengetahuan para Nabi dan Rasul dan hakekat serta tauhid mereka. Maka selama seorang hamba merealisasikan ikhlas dalam ucapan “Laa ilaaha illallah”, maka keluarlah dari hatinya segala penghambaan terhadap apa yang dicintai oleh hawa nafsunya dn berpalinglah dari dirinya berbagai maksiat dan dosa, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

Demikianlah,kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sesungguhnya, dia (Yusuf), termasuk hamba Kami yang terpilih. (QS.Yusuf : 24).”
Allah menerangkan penyebab dipalingkannya keburukan dan kekejian dari dirinya, yaitu karena dia termasuk hamba Allah yang ikhlas, dan mereka itulah yang disebut dalam firman-Nya,
 
Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku.” (QS. Al-Hijr : 42)
Setan berkata sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih diantara mereka.” (QS. Shaad: 82-83)
Ditegaskan dalam sebuah hadist shahih, Rasulullah Shalallahu alaihiwassalam bersabda yang artinya,
“Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah, secara ikhlas dari hatinya Allah mengharamkan baginya api neraka.” (H.R Ahmad, Ad daraquthni, Ath Thabrani dan Abu Nuaim)
Ikhlas (kalimat tauhid) akan menepis semua sebab-sebab yang dapat memasukkan seseorang kedalam neraka. Barang siapa yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” (tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Alla)  lantas masuk neraka, berarti ia tidak merealisasikan ikhlas yang dapat mengharamkannya masuk neraka. Di dalam hantinya masih terdapat syirik yang menjerumuskannya masuk neraka karena syirik yang terdapat pada umat (islam) ini lebih samar dari pada semut merayap. Oleh karenanya, setiap hamba diperintahkan dalam setiap shalatnya mengucapkan,
 

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Qs. Al-Fatihah : 5)
Sementara setan menyuruh kepada syirik dan nafsu pun menurutinya sehingga nafsu tersebut senantiasa berpaling kepada selain Allah. Apakah karena dai takut darinya atau karena dia mengharap kepadanya, maka seorang hamba dituntut membersihkan tauhidnya dari segala macam kotoran syirik. Dalam sebuah hadist Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda yang artinya,
“setan berkata, saya membinasakan manusia dengan dosa, tetapi mereka membinasakannku dengan Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah) dan istighfar (mohon ampun), maka tatkala aku melihat hal itu, aku sebarkan dikalangan mereka hawa nafsu maka mereka melakukan dosa dan tidak memohon ampun, karena mereka menyangka bahwa mereka berbuat kebaikan.” (HR. Abu Ya’la)
Pemuja nafsu yang memperturutkan hawa nafsu tanpa petunjuk dari Allah akan mendapat bagian seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah (Tuhan), maka di dalam dirinya terdapat kemusyrikan yang menghalanginnya dari istighfar. Adapun orang yang merealisasikan tauhid dan istighfar, maka kejahatan pasti diangkat darinya, oleh karena itu Dzu An-Nun (Nabi Yunus) berkata,


Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Anbiya’ : 87)
(dari : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tazkiyanun Nasf, Darus sunah, 2016 : 46-50)